Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses
fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan
sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang
berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi
mental(sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan
dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai
akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan
adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif.
Rangsangan yang diberikan oleh suatu benda tidak
selalu dapat menimbulkan kesan. Rangsangan yang terlalu rendah tidak akan cukup
untuk menimbulkan kesan dan sebaliknya rangsangan yang terlalu tinggi juga akan
memberikan kesan yang berlebihan, sehingga mengganggu kesan konsumen.
Adanya
indera yang cacat atau sakit tidak dapat melakukan proses penginderaan dengan
baik dan tidak dapat menghasilkan kesan yang wajar. Intensitas atau tingkatan
rangsangan terkecil yang mulai dapat menghasilkan respon disebut ambang
rangsangan. Rangsangan penyebab timbulnya
kesan dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan, yaitu ambang rangsangan (threshold). Dikenal
beberapa ambang rangsangan, yaitu :
Ambang Mutlak (absolute
threshold)
Ambang mutlak yaitu jumlah benda perangsang terkecil
yang dapat menghasilkan kesan atau tanggapan. Misalnya konsentrasi yang
terkecil dari larutan garam yang dapat dibedakan rasanya dari cairan pelarutnya
yaitu air murni.
Pengukuran ambang mutlak didasarkan pada konvensi
bahwa setengah (50%) dari jumlah panelis dapat mengenal atau dapat menyebutkan
dengan tepat akan sifat sensoris yang dinilai.
Ambang Pengenalan (Recognition threshold)
Ambang pengenalan juga disebut recognition
threshold. Ambang pengenalan dapat dikacaukan dengan ambang mutlak.
Jika pada ambang mutlak mengenai kesan yang mulai diperoleh atau dirasakan maka
pada ambang pengenalan meliputi pengenalan atau identifikasi jenis kesan. Dalam
hal ini jika kesan kesan itu berupa rasa asin, misalnya rasa asin itu
betul-betul mulai dapat diidentifikasi oleh pencicip. Pada ambang mutlak
mungkin rasa asin itu belum diidentifikasi dnegan tepat, baru dapat diketahui adanya
rasa yang berbeda denganbahan pelarutnya. Perbedaan ini menyangkut juga metode pengukurannya
yang berbeda dengan ambang pengenalan dan ambang mutlak. Pengukuran ambang
pengenlan didasarkan pada 75% panelis dapt mengenali rangsangan. Jadi
ambang pengenalan dapat diidentifikasikan sebagai konsentrasi atau jumlah
perbandingan terendah yang dapat dikenali dengan betul.
Ambang Pembedaan (difference
threshold)
Ambang pembedaan juga disebut difference
threshold,yang berbeda dengan ambang pengenalan dan juga ambang mutlak.
Ambang pembedaan merupakan perbedaan terkecil dari rangsangan yang masih dapat
dikenali. Besarnya ambang pembedaan tergantung dari jenis rangsangan, jenis
penginderaan dan besarnya rangsangan itu sendiri.Ambang pembedaan menyangkut
dua tingkat kesan rangsangan yang sama. Jika dua rangsangan tersebut terlalu
kecil bedanya maka akan menjadi tidak dapat dikenali perbedaannya. Sebaliknya
jika dua tingkat rangsangan itu terlalu besar akan dengan mudah dikenali.
Difference threshold dapat ditentukan dengan menggunakan standar lebih dari satu, biasanya
sekitar empat standar. Masing-masing standar akan dibandingkan dengan
sampel-sampel pada interval konsentrasi tertentu. Perbedaan konsentrasi yang
dapat dideteksi dengan benar oleh 75% panelis adalah perbedaan konsentrasi yang
mencerminkan difference threshold (Kartika dkk 1988).
Ambang pembedaan berbeda besarnya tergantung dari
beberapa faktor. Disamping tergantung pada jenis rangsangan dan jenis
penginderaan juga tergantung pada besarnya rangsangan itu sendiri.
Ambang batas (terminal
threshold)
Ambang batas juga disebut terminal
threshold yang merupakan rangsangan terbesar yang jika kenaikan
tingkat rangsangan dapat menaikan intensitas kesan. Apabila pada ketiga ambang
tersebut diatas diterapkan batas terendah maka pada ambang batas diterapkan
batas atas. Kemampuan manusia memperoleh kesan dari adanya rangsangan tidak
selamanya sebanding dengan besarnya rangsangan yang diterima. Rangsangan yang
terus menerus dinaikan pada suatu saat tidak akan menghasilkan kenaikan
intensitas kesan. Rangsangan terbesar jika kenaikan tingkat rangsangan
menaikkan intensitas kesan disebut ambang batas.
Ambang batas juga bisa
ditentukan dngan menetapkan rangsangan terkecil yaitu jika kenaikan tingkat
rangsangan tidak lagi mempengaruhi btingkat intensitas kesan. Untuk menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan
teredapat beberapa macam analisis diantaranya analisis rata-rata, analisis
frekuensi dan analisis distribusi normal. Cara-cara analisis ini pada
umumnya berdasarkan pada uji rangsangan tunggal, dimana tiap uji
menggunakan sejumlah panelis semi terlatih.
Panelis dipilih dari mereka
yang dapat mengenali atau mengetahui sifat indrawi dari contoh atau produk
yang diuji. Dalam uji rangsangan tunggal pada
setiap uji, tiap panelis diminta menyatakan ada atau tidak ada sifat inderawi
yang diujikan. Data responnya berupa data binomial yang kemudian dapat
dianalisis secara statistika. Karena demikian sederhana, maka pada analisis
ambang dapat disajikan sejumlah contoh pada tiap pengujian. Namun untuk
mencapai kondisi atau lingkungan uji yang sesuai diperlukan penyiapan contoh
dan penyajian yang cermat.
Penilaian organoleptik adalah cara penilaian karakter mutu suatu bahan
makananan dan minuman menggunakan panca indera. Indera yang digunakan untuk menilai bergantung pada karakter yang akan
dinilai. Biasanya yang digunakan adalah indera pencicip di rongga mulut dan
pencium di rongga hidung.
Indera pencicip berfungsi untuk mrnilai
cicip (taste) dari suatu makanan. Di permukaan rongga mulut
terdapat lapisan yang selalu bahsah yang terdapat sel-sel peka. Sel-sel peka
ini mengumpul membentuk susunan yang disebut putting pencicip. Masing-masing putting pencicip biasanya hanya peka
terhadap rasa tertentu, tetapi kadang-kadang juga responsif
terhadap beberapa rangsangan cicip. Putting pencicip manusia hanya dapat membedakan empat
cicip dasar yaitu manis, pahit, asam, dan asin. Diluar keempat cicip dasar itu
puting pencicip tidak terangsang atau responsive. Tetapi beberapa peneliti menganggap
rasa metalik dan rasa gurih juga hasil penginderaan putting pencicip yang peka terhadap zat kimia yang menghasilkan rangsangan.
Kepekaan berturut-turut adalah pahit, asam, asin dan manis.
Kepekaan indera
dipengaruhi banyak factor, misalnya pencicipan paling peka pada pagi hari
(pukul 9 – 10). Hubungan yang terpenting dengan
pengecap adalah kecenderungan indera rasa pengecap untuk melayani sensasi
utama tertentu yang terletak di daerah khusus. Rasa manis dan asin
terutama terletak pada ujung lidah, rasa asam pada dua pertiga bagian
samping lidah, dan rasa pahit pada bagian posterior lidah dan palatum
molle.
Rasa Pahit
Rasa pahit
biasanya juga berasal dari zat-zat non ionik. Contohnya ialah alkohol, caffein, strychnine, brucine, quinin, beberapa glucasida linamarin dan beberapa ikatan polynitro seperti asam piktrat. Rasa pahit
pada umumnya tidak dikehendaki. Tetapi untuk beberapa makanan atau minuman
diperlukan sedikit rasa pahit, seperti bir,rokok,kopi dan teh.
Rasa Asam
Rasa asam sebenarnya hanya berasal dari ion hidrogen
(H+). Zat-zat yang dapat berionisasi dan melepaskan ion hidrogen
yang hanya dapat menghasilkan rasa asam. Ion H+ selalu
diimbangi dengan adanya anion. Jika anion yang mengimbanginya OH maka terjadilah netral, karena ion H+ itu
segera membentuk HO dan diturunkan konsentrasinya menjadi tinggal 10. Agar
konsentrasi H+ tetap tinggi, kation tersebut harus diimbangi
dengan anion lain. Dalam hal ini larutan disebut asam. Asam organik ialah jika anionnya zat organik (asetat,
sitrat) dan asam anorganik jika anionnya anorganik (Cl-, SO4-,
NO3-).
Rasa Manis
Rasa manis
biasanya berasal dari zat non ionik, seperti gula, aldehida, ikatan nitro,
beberapa khlorida alifatis (misalnya khloroform), sulfida, benzoik (saccharine).
Zat – zat ionik yang mempunyai rasa manis sangat terbatas, misalnya pada garam
timbel (Pb) dan garam berilium (BeMeskipun zat-zat tersebut menimbulkan rasa
manis, tidak semuanya digunakan sebagai bahan pemanis makanan. Ada dua golongan bahan pemanis makanan (sweeteners),
yaitu golongan pemanis bergizi dan golongan pemanis tidak bergizi. Golongan
pertama disebut golongan gula sedangkan golongan kedua termasuk : antara lain
sakharin dan cyclamat. Rasa manis biasanya dinyatakan dengan gula (sukrosa),
dengan nilai 100. Tingkat kemanisan zat-zat lain diukur berdasarkan rasa manis
gula pasir.
Rasa Asin
Biasanya rasa asin berasal dari zat-zat ionik yaitu
anionik dan kationik. Beberapa zat yang ternasuk anionik adalah Cl -,
F -, CO2-, SO4-,
sedangkan yang termasuk zat-zat kationik adalah Na+, K+,
Ca++, Mg++, dan NH4+. Rasa asin
dibentuk oleh garam terionisasi yang kualitas rasanya berbeda-beda antara garam
yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa lain selain
rasa asin. Rasa asin yang biasa digunakan untuk makanan adalah yang berasal
dari garam dapur, NaCl. Makan garam terlalu banyak akan menimbulkan rasa pahit.
Hal ini disebabkan oleh garam magnesium (Mg) yang terdapat dalam garam dapur.
Penggunaan garam untuk rasa asin pada masakan biasanya antara 1-2%, sedangkan
untuk pengawetan makanan antara 5-15%.